MANAJEMEN DOSA DAN TAUBAT, UPAYA KEMBALI KEPADA ALLAH DENGAN KESUCIAN
MANAJEMEN DOSA DAN TAUBAT,
UPAYA KEMBALI KEPADA ALLAH DENGAN KESUCIAN
Oleh: Ubes Nur
Islam
Alternatif & Solusi - Dosa adalah ibarat
kotoran dan debu yang menempel pada kulit manusia. Tentu, kotoran ini tak
sekedar menempel dan mengotori kecantikan kulit, melainkan bisa jadi melukai
dan berbahaya pada fungsi kulit manusia. Keberadaan kulit akan terganggu dan
rusak. Oleh karena itu, kotoran yang menempel harus dihapus atau dihilangkan.
Begiru pun dosa dan kesalahan yang dilakukan manusia oleh dirinya. Bisa jadi,
dosa-dosa ini menjadi bumerang bagi hidup dan kehidupan seorang manusia itu
sendiri. Bagaimana dosa-dosa ini ditempatkan
pada porsinya masing-masing. Jika dosa adalah sampah, maka dosa tepatnya harus
dibuang pada tempat sampah. Ayo buang sampah-sampah dosa dan kesalahan dengan bertaubat, dan kembalikan diri
kepada Allah dengan suci bersih.
Makna Taubat
Kata taubah berasal dari
bahasa Arab, yaitu taba, yatubu, taubatan yang memiliki arti kembali.
Sementara, secara istilahi, taubat adalah kembali kepada Allah, kembali kepada
jalan syari’at-Nya, yang selama ini ia pahami dan mengenal syariat-Nya namun
ditinggalkan, atau ia bodoh kepada syariat dan menjauhi jalannya, dan ia
menjadi pendosa dalam kehidupannya kemudian ia mengakui segala bentuk
kesalahannya dan menyesali semua salah dan dosanya, lalu ia berjanji untuk
tidak akan kembali mengulangi dosa dan perbuatan salahnya tersebut, dan secara
outomatis, ia akan mengamalkan semua prilakunya sesuai syariat dan hukum Allah
SWT.
Dalam Al Qur’an, banyak kita
jumpai ayat yang menganjurkan kepada manusia agar bertaubat. Antara lain: surat
At-Tahrim ayat 8. Begitu juga ayat berikut ini.
“Dan (juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat
akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui” (QS. Ali ‘Imron: 135)
“…... Dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”(QS.
An Nur: 31)
Mengapa kita harus bertaubat?
Tentu saja disebabkan adanya dosa. Manusia seringkali berbuat dosa. Ada yang
dilakukan secara terang-terangan, bahwa perbuatannya melanggar hukum Allah, ada
yang tidak sengaja, karena khilaf atau kesalahan disebabkan karena kebodohan,
bahwa perbuatan salahnya tidak dipahami sebagai salah menurut hukum Allah.
Berikut ini, beberapa alasan
yang dapat dikemukakakan tentang mengapa kita harus bertaubat, setidaknya ada
empat alasan.
Pertama, manusia merupakan
makhluk yang sering berbuat dosa dan kesalahan, entah itu disengaja ataupun
tidak. Orang yang tidak pernah berbuat salah dan dosa bukanlah orang baik.
Namun, mereka yang mau menyadari kesalahan dan dosanya dengan bertaubat serta
berjanji tidak akan mengulanginya setelah itu ialah orang baik. Perbuatan dosa
yang kemudian tidak disertai dengan bertaubat akan menghalangi seseorang untuk
taat kepada Allah.
Kedua, kita yakin bahwa Allah
Maha Pengampun terhadap hamba-Nya. Tidak memandang dosa yang sebesar gunung,
seluas lautan, atau bahkan sampai tidak terhingga. Allah akan tetap menerima
taubat hamba-Nya, selagi belum terlambat.
Ketiga, dosa yang kita lakukan
jika tidak dihapus dengan air mata taubat justru akan menjadi noda hitam yang
mengotori dan menghalangi hati untuk memperoleh hidayah dan cahaya Tuhan. Imam
al Ghazali mengibaratkan hati manusia dengan cermin. Apabila cermin itu terkena
kotoran, maka tidak akan bisa untuk mengaca, terlebih memantulkan cahaya.
Demikian juga pada hati manusia, jika ia sering digunakan untuk berbuat dosa
dan maksiat, maka akan sulit untuk
menerima dan memantulkan cahaya Tuhan.
Keempat, dari segi psikologis,
orang yang melakukan kesalahan atau dosa akan merasa gelisah, tidak tenang,
bahkan bisa mengalami keterbelakangan jiwa. Maka dari itu, orang tersebut jika
terus menerus membiarkan perbuatan dosanya akan bedampak negatif bagi kesehatan
psikologisnya. Dengan cara taubat inilah orang akan lapang jiwanya.
Adapun taubat yang dimaksud
oleh para sufi ialah memohon ampunan kepada Allah atas segala dosa dan
kesalahan yang telah dilakukan dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan
mengulangi perbuatan dosa tersebut, yang sering disebut dengan taubatan nasuha,
taubat yang tidak akan membawa dosa lagi. Tentunya dengan disertai melakukan
amal kebajikan.
Bagi kalangan sufi, untuk
mencapai taubat yang sebenarnya ini terkadang tidak cukup dilakukan hanya
dengan satu kali saja. Bahkan ada juga yang mengatakan bahwa seorang sufi
sampai tujuh puluh kali taubah, kemudian baru ia mencapai tingkat taubat yang
sebenarnya. Karena taubat yang sebenarnya bagi kalangan sufisme adalah lupa
pada segala hal kecuali Tuhan.
Selanjutnya, hal terpenting
yang perlu diperhatikan terkait dengan pertaubatan adalah beberapa jenis dosa
yang pernah dilakukan manusia. Berikut ini jenis perbuatan yang menjadi sebab
timbulnya dosa.
Klasifikasi Dosa
Klasifikasi dosa dapat
ditelisik melalui asal-usulnya. Menurut Syaikh Abdullah bin Husain Ba’alawi
dalam kitab Sullam Taufiq menyebutkan, bahwa perbuatan dosa bisa terjadi
berasal dari sebagian maksiat yang bersumber dari berbagai maksiat berikut ini.
a. Sebagian dari Maksiat Hati
No |
Perilaku |
Unsur |
1 |
Meragukan wujudnya Allah dan
apa-apa yang datang dari Allah |
Tauhid |
2 |
Meragukan utusan Allah dan
apa-apa yang datang dari utusan Allah |
Tauhid |
3 |
Merasa aman dari azabnya Allah |
Tauhid |
4 |
Riya’, Sum’ah, dan Takabbur dengan amal |
akhlak |
5 |
Perbuatan musyrik, fasik, munafik, zalim, dan
melanggar hukum Allah |
Tauhid |
6 |
Melakukan Prilaku akhlak mazmumah |
akhlak |
b. Sebagian dari Maksiat Perut
No |
Perilaku |
Unsur |
1 |
Memakan dan meminum riba |
Fiqih |
2 |
Memakan pungutan liar
(makanan haram) |
Fiqih |
3 |
Memakan harta ghosob,
mencuri, korupsi dan penipuan |
Fiqih |
c. Di antara Maksiat-Maksiat
Mata
No |
Perilaku |
Unsur |
1 |
Memandang kepada
wanita-wanita lain |
Fiqih |
2 |
Melihat aurat |
Fiqih |
3 |
Diharamkan bagi wanita
membuka bagian tubuhnya |
Fiqih |
d. Di antara Maksiat-Maksiat
Lisan
No |
Perilaku |
Unsur |
1 |
Dusta dan Ghibah
(Menggunjing) |
Tasawuf |
2 |
Menghasut dan adu domba |
Tasawuf |
3 |
Mengadu tanpa perantara
ucapan |
Tasawuf |
e. Sebagian Maksiat-Maksiat
Telinga
No |
Perilaku |
Unsur |
1 |
mendengarkan pembicaraan suatu kaum yang
dirahasiakan dari pendengarannya |
Tasawuf |
2 |
Mendengarkan seruling dan
suara-suara yang diharamkan |
Fiqh |
3 |
Mendengarkan gunjingan, adu
domba,dan semua perkataan yang haram. Lain halnya jika mendengarkannya secara
tidak sengaja, lalu membencinya dan wajib mengingkari apabila mampu |
Tasawuf |
f. Sebagian Maksiat-Maksiat
Tangan
No |
Perilaku |
Unsur |
1 |
Mengurangi takaran,
timbangan dan ukuran panjang. |
Fiqh |
2 |
Mencuri |
Fiqh |
3 |
Merampok |
Fiqh |
g. Di Antara Maksiat-Maksiat
Kemaluan
No |
Perilaku |
Unsur |
1 |
Zina dan liwath (homoseks) |
Fiqh |
2 |
Menyetubuhi hewan meskipun
miliknya |
Fiqh |
3 |
Onani dengan tidak
menggunakan tangan istrinya |
Fiqh |
h. Di Antara Maksiat-Maksiat
Kaki
No |
Perilaku |
Unsur |
1 |
Berjalan pada kemaksiatan |
Fiqh |
2 |
Pelarian diri seorang budak (dari tuannya),
istri (dari suaminya) dan orang yang mempunyai kewajiban hak berupa qishash,
utang, nafkah, berbakti kepada kedua orang tua dan mengasuh anak-anak kecil. |
Fiqh |
i. Di Antara Maksiat-Maksiat
Badan
No |
Perilaku |
Unsur |
1 |
Mendurhakai kedua orang tua |
Tasawuf |
2 |
Melarikan diri dari
peperangan |
Fiqh |
3 |
Memutus tali silaturrahmi
(persaudaraan) |
Fiqh |
Tabel tersebut dimaksudkan
untuk menunjukkan, bahwa prilaku dosa merupakan kekacauan ruh spiritual dan
moral manusia. Tauhid-Akhlak-tasawuf-fiqh merupakan disiplin ilmu yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lainnya dari diri pribadi seorang manusia. Unsur tauhid,
fiqh, akhlak, dan tasawuf merupakan pembentukan nilai moral yang amat utama
dalam setiap aspek gerak kehidupan seorang manusia.
Cara Bertaubat
Selanjutnya Cara bertaubat,
seorang manusia harus melakukan beberapa upaya dan langkah kongkreet menuju taubat
atas semua dosa yang dilakukannya. Menurut Syaikh Abdullah bin Husain Ba’alawi
dalam kitab Sullam Taufiq menyebutkan, bahwa pertobatan dilakukan dengan
langkah berikut ini.
Cara Bertaubat
No |
Perilaku |
Unsur |
1 |
Menyesali perbuatannya |
Tasawuf |
2 |
Melepaskan diri dari
perbuatan dosa tersebut |
Fiqh |
3 |
Berniat tidak kembali lagi
pada perbuatan seperti itu. |
Tasawuf |
|
Memohon ampunan (istighfar |
Fiqh |
|
Jika melakukan dosa berupa
meninggalkan kewajiban, maka
harus mengqadhanya. Jika bertanggung jawab pada seseorang, maka harus memenuhi dan memohon ridhonya |
|
Imam Nawawi ad-Damsyiqi, dalam
kitabnya al Adzkar juga menyebutkan, bahwa taubat kita agar diterima
oleh Allah harus memenuhi syarat berikut:
1) Harus ada rasa penyesalan (an nadamah) dalam hati atas
segala dosa yang dilakukan. Terkadang sudah sadar akan dosa yang diperbuat dan
langsung bertaubat, namun setelah itu malah bangga akan dosa yang telah
dilakukan atau justru melakukan dosa itu lagi.
2) Berjanji dengan hati untuk tidak mengulangi lagi perbuatan
dosa dan maksiat. Sebenarnya, ini hanyalah konsekuensi logis dari rasa
penyesalan kita. Jika kita menyesal, maka harusnya tidak ingin mengulangi
perbuatan maksiat itu lagi.
3) Memperbanyak “istighfar”, yakni memohon ampunan kepada
Allah. Jangan sampai kita dininabobokkan oleh kemaksiatan dan dosa yang telah
dilakukan. Nabi Muhammad SAW saja masih memohon ampunan kepada Allah. Padahal
beliau sudah mendapatkan ‘garansi’ dari Allah. Bagaimana dengan kita yang tidak
ada ‘garansi’ dari Allah?
4) Berusaha menghindari atau meninggalkan lingkungan yang
dapat memicu dan memacu berbuat maksiat dan dosa. Lingkungan pergaulan memang
sangat kuat pengaruhnya. Orang yang mengaku dirinya bertaubat, maka akan
mencari tempat yang baik. Sebab, ini akan mendorong dirinya untuk berbuat baik.
5) Jika perbuatan dosa yang kita lakukan berkaitan dengan
hak orang lain, maka kita harus meminta kehalalan atau mengembalikannya kepada
orang bersangkutan. Apabila orang yang telah kita zhalimi telah tiada
(menginggal), maka kita dapat memberikan hak tersebut kepada ahli warisnya atau
kepada fakir miskin dengan niat dan memohon agar pahalanya disampaikan kepada
orang tersebut.
Tentunya ini memerlukan usaha
yang maksimal. Oleh karena itu, untuk memantapkan taubatnya ia harus melakukan
optimalisasi pertaubatan dengan sungguh-sungguh, yakni taubat nasuha. Sebagai
salah satu bentuk langkah penyempurnaan dalam proses taubat seseorang manusia diantaranya adalah sholat taubat.
Melaksanakan Sholat Taubat
Salah satu bentuk
penyempurnaan dalam proses taubat seseorang manusia, sebagaimana empat mazhab
ahli fiqih menganjurkan untuk melaksanakan sholat taubat. Sholat taubat adalah
bukti keseriusan manusia, bahwa ia benar-benar ingin bertaubat dari segala
dosanya dan benar-benar ingin diampuni oleh sang maha pengampun. Allah Azza wa
Jalla.
Sholat taubat sendiri hukumnya
sunnah berdasarkan hadits nabi SAW, riwayat dari Abu Bakar Siddiq RA, bahwa
Rasulullah bersabda:
“Tidaklah seseorng hamba
lelakukan shoalat dua rakaat kemudian meminta ampun kepada Allah, Kecuali Allah
akan mengampuninya”. Kemudian beliau membacakan ayat ini. “Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan
Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu, sedang mereka mengetahui” (QS. Ali ‘Imron: 135) (HR Tirmizi)
Waktu ideal pelaksanaan sholat
taubat, sebagian ulama berpendapat, jika sholat taubat baiknya dikerjakan
sesegera mungkin, setelah seseorang menyadari akan hidayah Allah, yakni ia mau
taubat nasuha, taubat sungguh-sungguh. Hal ini bertujuan agar pengampunan Allah
atas dosa yang dilakukannya tidak ditangguhkan, sementara hidup manusia tidak
tahu kapan ia mati dan apakah besok masih punya waktu untuk bertaubat?.
Ulama lainnya berpendapat,
bahwa melaksanakan sholat taubat pada waktu kapan saja tetapi dengan pengecualian,
yaitu bukan pada waktu dilarang melaksanakan sholat sunnah, seperti waktu
diantara sholat subuh hingga terbit matahari dan sholat ashar hingga tenggelam
matahari.
Sama halnya dengan sholat
sunnah lainnya, dalam sholat taubat hendaknya menghadirkan niat berkeinginan
untuk bertaubat dari berbagai kesalahan dan perbuatan dosa, lalu dilanjutkan
dengan wudhu, dan langsung melaksanakan
solat sunnah taubat 2 rakaat, dengan berniat dalam hati untuk benar-benar bertaubat
dan berazam untuk melaksanakan sholat sunnah taubat. “SAYA NIAT SHOLAT SUNNAH
TAUBAT DUA RAKAAT KARENA ALLAH TA’ALA”.
Tata cara sholat.
Sebagaimana disebutkan dalam
hadits diatas, hendaknya sebelum melaksanakan sholat taubat didahului dengan
bersuci yang baik dan benar. Jika ia bertaubat dari kekafiran (non muslim) disunnatkan untuk melakukan mandi besar
(junub), sedangkan jika untuk taubat dari dosa-dosa yang lainnya cukup dengan
wudhu saja. Sholat sunnah taubat tidak beda dengan sholat hajat (permohonan
penting untuk kebutuhan hidup). sementara sunnah taubat adalah permohonan untuk
diampuni da dibebaskan dari semua akibat dosa dan salah tersebut.
Dalam permohanan ini kita
hendaknya dengan kerendahan diri di hadapan Allah, bila perlu memanjangkan
sujud dalam sholatnya, sebagaimana disebtkan dalam hadits.
“Yang paling dekat, antara
seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah do’a
ketika itu”. (HR Muslim)
Setelah sholat sunnah taubat
selesai dilakukan, lakukan zikir dan do’a istigfar (permohonan ampun) kepada Allah.
Diantara pilihan doa-doa
istighfar yang sering dilakukan oleh orang mutaqoddimin adalah sebagai berikut.
Do’a setelah
sunnah taubat 1
استغفر الله العظيم الذى لا اله الا هو الحي
القيوم واتوب اليه توبة العبد الظالم
لا يملك لنفسه ضرا ولا نفعا ولا موتا ولا حياتا
ولا نشورا
Do’a setelah
sunnah taubat 2
اللهم انت ربي لا اله الا انت خلقتي وانا عبدك
وانا على عهدك ووعدك مااستطعت اعوذ بك من شر ما صنعت ابوء لك بنعمتك علي وابوء
بذنبي فاغفر لي فانه لا يغفر الذوب الا انت
Do’a setelah
sunnah taubat 3
اللهم اني اسئلك توفيق اهل الهدى واعمال اهل
التوبة وعزم اهل الصبر وجد اهل الخشية وطلب اهل الرغبة وتعبد اهل الورع وعرفان اهل العلم حتي اخافك اللهم اني اسئلك
مخافة تخجرني عن معاصيك حتى اعمل بطاعتك
عملا استحق به رضاك حتى اناصحك فى التوبة خوفا منك وحتى اخلص لك النصيحة حبا لك
وحتى اتوكل عليك فى الامور كلها وحسن ظن بك خالق نور
Demikian, semoga naskah
artikel kecil ini bisa menggugah prilaku kita kembali menuju Allah sebagai ahli
taubah, ahli yang dicintai dan disayang Allah. Sebagaimana firman-Nya.
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang mensucikan diri”. (QS. Al-Baqarah:222) semoga bermanfaat. Amin.
(*Ubes Nur Islam dari
berbagai sumber)
Comments
Post a Comment